Website ini berisikan tentang ilmu parenting baik itu parenting anak umum, parenting anak berkebutuhan khusus dan keluarga

Apa Itu Fase Egosentris Pada Anak ? Berikut 7 Cara Mendampingi Anak dalam Fase Egosentrisnya


“Eh aku pinjem mainan kamu ya ? nggak boleh, aku nggak mau minjemin”. Lalu tiba-tiba ibu anak tersebut datang dan berkata pada anaknya “De, temennya pinjem mainan kamu, kamu kok nggak mau minjemin ?, aku nggak mau bunda, itu kan mainan aku. Ikh kamu kok pelit sih ama temen ? Ayo pinjemin” (sambil memaksa anak, lalu anak tersebut menangis karena mainannya diambil paksa)

        Pernahkah ayah bunda melihat cerita di atas atau mengalaminya pada anak sendiri ?. Pasti pernah ya ayah bunda mengalaminya. Bahkan kejadian seperti itu begitu familier dalam pengasuhan anak sehari-hari baik ceritanya persis sama atau sejenisnya. Sama-sama anak tidak mau meminjamkan miliknya pada orang lain atau menginginkan milik orang lain untuk ia miliki.

        Terkadang secara sengaja atau tidak sengaja kita jadi melabeli anak kita dengan kata-kata negatif seperti “Ikh kamu pelit” atau “ikh kamu serakah amat sih” dan sebagainya. Sekesal apa pun kita tetap ya ayah bunda, kita tidak diperbolehkan melabeli anak dengan hal-hal negatif apalagi kata-kata itu adalah doa. Jadi kita harus berhati-hati dalam berucap pada anak.

Apa Itu Fase Egosentris ?

        Ayah bunda, pada umumnya fase egosentris ini membuat para orang tua menjadi khawatir anaknya tumbuh dengan pribadi yang tidak mau berbagi dengan orang lain atau kurang memiliki simpati pada orang lain. Tetapi sesungguhnya ayah bunda tidak perlu merasa khawatir karena anak bertingkah seperti itu dinamakan sedang dalam fase egosentris. Dimana dalam fase egosentris ini “keakuan” anak pada dirinya begitu tinggi.

       Setiap anak akan mengalami fase egosentris ini, karena ini adalah salah satu tahap perkembangan anak yang akan anak lalui. Umumnya fase ini akan berakhir di usia 4 tahun atau usia prasekolah. Tetapi jika orang tua tidak dapat menerima fase ini pada anak dan suka memaksa anak, maka dampak dari fase ini akan terbawa sampai anak remaja dan dewasa dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan anak di fase ini sejak kecil.


7 Cara Mendampingi Anak Di Fase Egosentrisnya

        Ayah bunda tugas kita sebagai orang tua hanya bisa mendampingi anak melalui fase egosentrisnya. Berikut beberapa cara mendampingi anak di fase ini yaitu :
1. Tidak memaksa anak dan biarkan anak menemukan kesadarannya sendiri

2. Biarkan anak bereksplore semaunya, selama itu tidak berbahaya bagi anak dan tidak mengganggu orang lain

3. Berikan batasan atau aturan yang jelas pada anak dan sertai dengan alasannya. Misalnya jika anak menginginkan barang milik orang lain, tidak kita turuti dengan alasan itu bukan barang miliknya dll

4. Jika kita ingin meminjam atau menggunakan barang milik anak. Sebaiknya kita meminta ijin terlebih dahulu pada anak. Cara ini pun akan mengajarkan pada anak untuk meminta ijin atas barang yang bukan miliknya

5. Jika anak sedang mau berbagi, jangan lupa berikan anak pujian seperti “wah anak bunda hebat mau berbagi, terima kasih”. Tetapi jika anak tidak mau, jangan memaksa anak dan jangan pula mengintervensi anak. Biarkan anak menikmati fasenya ini

6. Berikan anak pengertian tentang berbagi, tentang mana yang miliknya mana yang bukan dan hal lainnya

7. Tanamkan moral yang positif dengan memberi contoh pada anak seperti mengajak anak untuk membagikan makanan pada tetangga dan orang-orang yang membutuhkan. Kegiatan seperti ini akan membantu anak menumbuhkan kesadarannya sendiri bahwa ternyata berbagi itu menyenangkan lho dan mengajarkan anak pula tentang empati kepada orang lain. Begitu juga kegiatan positif yang lainnya


8. dll

        Jika kita dapat bersabar dalam mendampingi anak di fase egosentris ini dengan baik. Maka seiring pertumbuhan dan perkembangan anak, anak akan berubah dengan sendirinya karena anak menemukannya sendiri sesuai arahan kita. Jadi semuanya dikembalikan lagi kepada cara kita sebagai orang tua dalam menanggapi fase ini pada anak.

9 comments

  1. berbagi emang bagus ya, tp di bwh 7 thn emang jgn dipaksa utk mau berbagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget bun. Jangan dipaksakan kasian anaknya juga ya 😃

      Delete
  2. Dua anak kami sudah melawati masa ini.
    Dan Alhamdulillah memang kami tdk pernah melabeli anak pelit.

    Tfs mbak

    ReplyDelete
  3. wah si kecil saya nih mba, dia udah 2,5 th, anaknya gak bisa banget kalau ada yg pegang barangnya, gak taggung2 bisa dipukul anak orang. Sebaliknya barang orang bisa dirampasnya. Giliran barang orang itu agak syok saya. Syukurnya sih, lidah saya masih kejaga, gak labelin apa2, ngajak obrol aja terus tentang kepemilikan ini.
    Makasih sharingnya ya mba, sangat membantu buat saya yg kadang down hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangatttt bunda sambil ngajarin anak mengenalkan emosinya ya 😃

      Delete
  4. anakku sedang berada di fase ini. Mainan temannya direbut semua sampai temannya sebal. Aku coba deh tips di atas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bunda, selamat mencoba ya sambil mengajarkan anak konsep kepemilkan juga. Mana yang miliknya mana yang bukan agar ia kelak tumbuh menjadi pribady yang tidak akan mengambil milik orang lain. Semangat kita, bun

      Delete
  5. Anakq lagi ngalamain ini mba. Klo
    main bareng kya di play ground suka ngrebutin mainan anak lain 🤭. Makasi sharing ilmunya. InsyaAlloh sy coba.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya. Semoga bisa memberi manfaat. Mohon untuk tidak meninggalkan Link Hidup, ya 😃 dan komentar Ayah Bunda bisa muncul setelah lewat persetujuan saya dan saya mohon maaaf sekali, jika ada komen tak sempat terbalas oleh saya karena keterbatasan saya. Maaf. Terima kasih 🙏