Website ini berisikan tentang ilmu parenting baik itu parenting anak umum, parenting anak berkebutuhan khusus dan keluarga

Belajar Bahagia Dari Anak

Belajar Bahagia Dari Anak

Sebagai Ibu, saya selalu menghabiskan banyak waktu bersama anak saya, Erysha (1y11m). Bukan hanya sekedar menghabiskan waktu, tetapi saya berusaha mengisinya dengan sebuah kebersamaan yang berkualitas bersamanya.

Baca juga: Ingin DiKenang Seperti Apakah Kita Oleh Anak Kita ? Yuk, Ikuti 10 Cara Mengukir Kenangan Manis Di Hati Anak

Karena saya takut Erysha tiba-tiba besar dan saya kehilangan waktu di masa kecilnya tanpa makna. Dan saya tidak ingin termasuk ibu yang menyesal di hari tua saya, karena kehilangan banyak waktu bersama anak

"Apa pun bisa kita cari. Tapi, masa kecil anak tak akan pernah terulang kembali"

Karena selalu bersamanya, membuat saya begitu  memperhatikannya. Salah satunya, saya suka sekali diam-diam mengamatinya. Seperti ketika Erysha hanya diijinkan bermain di depan halaman rumah saja, setelah ia usai makan. Membuatnya begitu senang. Atau hanya ketika saya membacakan buku cerita untukknya, membuat dia begitu fokus mendengarkan sambil tersimpul sebuah senyum manis di wajahnya.

Saya terharu dan memang benar-benar terharu dibuatnya. Oh betapa sederhananya bahagia dirinya. Hingga saya ingin sekali berkata padanya:


Hai Nak!

Terima kasih ya, sudah menjadi anak yang ceria dan bahagia untuk Ayah dan Bunda. Bunda tahu, anak yang bahagia dibesarkan oleh ibu yang bahagia. Dan Bunda pun benar-benar bahagia dalam membesarkanmu. Namun, terkadang Bunda merasa dan melihat bahwa Engkau jauh lebih bahagia dan sering bahagia daripada Bunda.

Ketika Engkau menangis karena terjatuh. Hanya digendong lalu di peluk oleh Ayah atau Bunda. Engkau kembali ceria seketika.

Ketika Engkau sedang bosan lalu menemukan air dan asyik bermain dengan airmu. Engkau langsung bahagia

Ketika engkau sedang merengek dan hanya dikasih sepotong makanan. Engkau langsung diam dan asyik menikmati makananmu.

Ketika Engkau sedang menangis meronta-ronta. Lalu, hanya dialihkan untuk melihat seekor cicak pun. Engkau menjadi lupa dengan tangismu.

Ketika Engkau hanya diajak bermain "Ci...Luk...Baa saja. Sudah membuatmu tertawa terbahak-bahak, Nak. Dan masih banyak kebahagianmu yang lain yang membuat Bunda terpana.

Betapa, sederhananya bahagiamu, Nak. Dan betapa malunya Bunda padamu. Malu karena Bunda masih suka mengeluh, masih suka baperan, masih mudah emosi dan terkadang lupa mensyukuri banyak hal. Berbeda sekali dengan Engkau, yang bisa menyederhanakan segala sesuatunya, namun terasa luar biasa di hatimu hingga Engkau menjadi anak yang mudah tersenyum dan tertawa untuk dirimu sendiri dan orang lain

Terima kasih, Nak. Darimu Bunda dapat belajar banyak hal. Bukan hanya sekedar belajar bersabar, ikhlas, dan belajar ilmu. Namun juga belajar bahagia dari hal-hal yang sederhana yang terkemas oleh rasa syukur. Sekali lagi terima kasih sudah mengajarkan banyak hal pada Ayah dan Bundamu ini 😘

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Bahagia itu sederhana

Belajar Bahagia Dari Anak


Pernahkah Ayah dan Bunda mengamati anaknya? betapa mudah dan sederhananya kebahagian mereka, bukan? Namun, terkadang kita lupa belajar tentang kebahagian itu dari anak-anak kita. Padahal merekalah yang sehari-hari bersama kita.

Ayah Bunda, sesungguhnya bukan kitalah yang mengajar dan mendidik anak-anak kita. Tetapi merekalah yang tanpa kita sadari mengajarkan banyak hal pada diri kita, termasuk mengajarkan arti sebuah kebahagian yang sebenarnya

Mereka mengajarkan kita bagaimana menjadi orangtua yang baik untuk mereka. Mereka mengajarkan kita sebuah keikhlasan untuk menerima diri mereka apa adanya sehingga, kita tak perlu lagi sibuk membanding-bandingkan diri mereka dengan anak-anak yang lain. Mereka mengajarkan kita bagaimana cara kita seharusnya mengendalikan emosi kita terhadap diri mereka dan orang lain. Mereka pulalah yang mengajarkan kita untuk semakin dekat denganNya lewat doa-doa sepanjang hari, yang kita panjatkan kepadaNya hanya untuk mendoakan mereka.

Ayah Bunda, ketika pertama kali anak kita terlahir ke dunia. Dan untuk pertama kalinya juga kita menjadi orangtua. Sesungguhnya, ketika anak itu terlahir, Dialah guru pertama kita sebagai orangtua. Guru pertama yang mengajarkan tentang kehidupan ini pada kita. Namun, sayangnya kebanyakan kita tidak menyadarinya. Ketika anak melakukan sebuah kesalahan. Kita lebih banyak suka menyalahkan anak tetapi lupa untuk berkaca pada diri. Kita lupa bahwa anak itu adalah cerminan dari diri kita.

Ayah Bunda, jika kita sibuk bertanya-tanya dan mencari-cari tentang yang namanya sebuah  kebahagian. Mengapa tidak kita belajar bahagia dari anak kita? Dengan menurunkan standar kebahagian kita dan meningkatkan kualitas hidup kita

"Bahagia itu sederhana. Tidak perlu dicari. Karena bahagia itu adanya di dalam Hati. Hanya kitalah yang mampu membuat diri kita bahagia. Bukan orang lain"

Jadi, sudah siapkah kita belajar menjadi Ayah dan Bunda yang bahagia? Yuk, kita belajar bahagia dari anak kita! Semangattttt 💪💪.

"Karena orangtua yang bahagia akan membesarkan anak-anak yang bahagia pula. Karena di dalam kebahagian selalu ada Cinta"

Jangan lupa bahagia ya 😍😍




15 comments

  1. Hiks,baca ini jadi ingat kejadian pagi ini saya pagi ini agak nyolot ke suami di depan anak gara-gara saya buru-buru ngejar apel ke kantor. Eh sampai kantor malah nggak apel T_T. Pas lihat tanggal ternyata hari ini Mukhlas pas 11 bulan. Duh, nyesel bun. Nanti pulang dipeluk dan minta maaf deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Subhanallah ibu yang peka sekali dengan kebutuhan anaknya. Semangat bun 😘

      Delete
  2. Anak bahagia karena ada sandaran hidupnya untuk mengeluh dan mengadu. Yaitu orang tuanya. Tidak ada rasa kecemasan dan ketakutan yang berlebihan pada wajah-wajah mereka.
    Nah masalahnya kalu sudah tua, kadang kita bingung kemana harus bersandar. Lupa, dan semua serba ketakutan akan masa depan yang belum pernah terlewati atau bahkan belum tentu terlewati.
    Ah saya juga kadang iri dengan anak-anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tenang saja, selama kita selalu melabuhkan sandaran kita kepada-Nya, Sang Maha Kuat. Tak ada sesuatu yang prlu kita takutkan

      Delete
  3. betul sekali mba bahagia itu emang sederhana dan aku juga belajar dari anakku, hanya dibawakan sepotong kue itupun kue ultah teman kantor dy bilang makasih bunda aku seneng banget sampe bilang aku sayang bunda lalu lari2 teriak2 aku dapet kue :'( meleleh liatnya coba dibalik aku yang dibawain sepotong kue misal sama suami reaksiku paling biasa aja hahaha karena bahagia juga datang atas rasa syukur y mba :)

    ReplyDelete
  4. Kalo saya lagi kzl suami bilang tuh belajar dari Gentra yang sellai happy hahhaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha sama bun. Tapi saya suka bilangnya ke diri sendiri kalau lagi baper 😂😂

      Delete
  5. Tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua, malah dari anaklah kita belajar bagaiman menjadi orang tua yang baik.

    Nice article bun 🙏

    ReplyDelete
  6. alhamdulillah, anak2 memang lbh ahli dari kita ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener bun. Anak adalah guru pertama orangtuanya, bagaimana menjadi orangtua yang baik dan lebih baik lagi

      Delete
  7. Bener mbaa. Anak2 dg kepolosannya mmg bisa banget dijadikan inspirasi dlm hidup. Termasuk inspirasi utk berbahagia. Tfs y mba.

    ReplyDelete
  8. Kadang-kadang saya suka perhatikan kalau anak-anak lagi berantem. Dalam sekejap mereka sudah akur lagi sementara orang tua masih kesal. Jadi suka belajar bahagia dari hal seperti itu. Tidak memendam kekesalan dalam waktu yang lama. :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya. Semoga bisa memberi manfaat. Mohon untuk tidak meninggalkan Link Hidup, ya 😃 dan komentar Ayah Bunda bisa muncul setelah lewat persetujuan saya dan saya mohon maaaf sekali, jika ada komen tak sempat terbalas oleh saya karena keterbatasan saya. Maaf. Terima kasih 🙏