Website ini berisikan tentang ilmu parenting baik itu parenting anak umum, parenting anak berkebutuhan khusus dan keluarga

Bedanya Takut, Cemas, Stres dan Depresi

Bedanya Takut, Cemas, Stres dan Depresi
Pixabay

Beberapa hari yang lalu itu aku baca buku best seller yang judulnya "Filosofi Teras". Aku mau sharing sedikit ilmunya di sini ya, tentang bedanya takut, cemas, stres dan depresi. Jadi ya ternyata takut dan cemas itu sesuatu yang berbeda. Kalau takut itu jelas sumbernya apa. Misalnya takut hantu, takut uler, takut ketinggian atau takut apa. Tapi kalau cemas itu yaitu perasaan yang ngga tahu sumber rasa cemasnya itu karena apa. Ga jelas aja penyebabnya

Jadi, sekarang itu ya berdasarkan riset banyak anak muda atau dari kita yang mengalami kecemasan tentang ketidakpastian hidup. Nah, ketidakpastian ini banyak kan ya. Ga jelas ketidakpastian yang seperti apa. Apakah soal perekonomian? Jodoh? Masa depan? Dan lain-lain.  Oh ya boleh juga nanti mampir ke tulisanku yang ini ya bahwa "Musuh Terbesar dalam Hidup Kita itu Bernama Diri Sendiri"


Stres itu apa? 

stres
Pixabay

Nah, kalau stres itu adalah tekanan. Jadi sesuatu yang menekan diri kita atau yang ganggu keseimbangan hidup kita. Keseimbangan hidup itu satu paket seperti hubungan dengan orang, hubungan dengan Tuhan, pekerjaan, keuangan, dan lain-lain. Awalnya stres ini jelas sumbernya kenapa. Hanya saja, jika stres ini dibiarkan berlarut-larut dalam waktu yang panjang dan terus meningkat, dan dia ngga tau lagi sumber stresnya kenapa, berarti dia udah mulai masuk fase cemas.

Lama-lama dari kecemasan berkepanjangan trus ngga dapet solusinya ini akan berubah jadi depresi. Jadi sebenernya kecemasan dan depresi itu beda tipis. Orang cemas maupun orang yang mengalami depresi ini sama-sama dikasih obat antidepresan juga oleh psikiater.

Jadi kalau pasangan kalian atau temen kalian tiba-tiba ada yang ngomong kayak gini

"Duh hidup aku kok gini-gini aja ya" (Dengan nada putus asa)

Itu pertanda orang itu udah mulai memasuki gejala depresi awal. Jadi, perlu dirangkul, dikuatkan kalau perlu ajak ke ahlinya, mau psikolog atau psikiater. Bebas. Jadi, plissss jangan anggap orang yang ke psikolog atau ke psikiater itu gila ya. Karena pada kenyataannya berdasarkan riset psikiater itu cuma nanganin 0,7 % aja kasus gila. Banyaknya kasus orang-orang yang ngalamin kecemasan dan depresi

Ketika kita merasa kita sedang tidak baik-baik saja. Jangan malu untuk mencari bantuan. Datanglah pada ahlinya dan berceritalah, berkonsultasilah. Jangan pendam sendirian. Karena kamu nggak sendirian

Ketika fisik kita terasa sakit, bukankah kita pun mendatangi dokter untuk berobat agar sembuh. Tapi mengapa ketika psikis kita terasa sakit, kita tidak mencari bantuan pada ahlinya? Bukankah kesehatan mental itu sesungguhnya jauh lebih penting kita perhatikan daripada kesehatan fisik. Tapi mengapa kita menyepelekannya? Karena mental sakit akan mempengaruhi hubungan kita dengan diri kita sendiri, orang terdekat kita terutama anak-anak kita. Nanti bisa mampir juga ke sini ya ☺ "Cara Mengelola Stres untuk Para Ibu"

Tak apa-apa kok kita mengalami stres, cemas atau perasaan apapun itu. Tak apa-apa. Semua wajar, semua biasa. Karena memang adakalanya kita dalam keadaan tidak baik-baik saja. Hanya saja jangan biarkan itu berlarut-larut karena itu akan mempengaruhi kualitas hidup kita dan orang-orang sekitar kita

Terbayang tidak bagaimana psikis anak dibesarkan oleh ibu yang tidak sehat mentalnya? Oleh sebab itu, orang-orang yang dalam keadaan mental yang kurang baik perlu kita rangkul, perlu kita kuatkan dan yang terpenting perlu support system dari orang-orang terdekatnya


Kapan waktu yang tepat mencari bantuan ketika kita dalam keaadaan tidak baik-baik saja? 


psikolog psikiater
Pixabay


Ketika diri kita dalam keadaan tidak baik-baik saja, maka waktu yang tepat untuk mencari bantuan adalah ketika buruknya kesehatan mental kita sampai mempengaruhi hari-hari kita, aktivitas kita, emosi kita, hubungan dengan orang-orang terdekat kita dan menurunkan kualitas hidup kita. Berarti saat itulah kita perlu mencari bantuan pada ahlinya baik itu ke psikolog atau psikiater.  Baca juga tulisanku yang ini ya "Self Healing dengan Menulis untuk Kesehatan Mental"


Bedanya Psikolog dan Psikiater 


Psikolog

- Harus kuliahnya menempuh fakultas psikologi
- nggak bisa kasih obat
- kalau psikolog hanya bisa mendiagnosa berdasarkan psikologis pasien
- memberikan  terapi pada pasien untuk konseling psikosial

Psikiater

- Harus menempuh kuliah kedokteran dulu
- bisa kasih obat
- berhubungan dengan psikologis dan klinis pasien
- memberikan terapi pada pasien untuk psikoterapi atau psikofarmakologi

Yuk, mulai aware dengan kesehatan mental kita dan orang-orang terdekat kita. Jadi, ketika kita mengalami stres, cemas dan depresi jangan ragu datanglah pada ahlinya ya


3 comments

  1. Oalah.. Saya baru tahu bedanya psikolog dan psikiater.😁
    Sebenarnya zaman sekarang banyak orang yang sering mengalami stress, tapi karena pergi ke psikolog dianggap kena gangguan mental atau nggak waras, mungkin orang jadi malu pergi ke psikolog. Kalau saya lagi ada masalah dan merasa stress biasanya saya bakal nulis aja di buku. Dan itu ampuh banget buat saya....

    ReplyDelete
  2. saya stress mbak, udah identifikasi penyebabnya apa, yaitu kerjaan. Pengen pindah departemen, tapi atasan saya ga ngasih. Tapi atasan juga "bodo amat". saya handle banyak kerjaan, capek rasanya.

    kadang saya pikir saya butuh psikolog, tapi belum kesampaian sampe seakrang. mungkin kalo cerita, udah luber nih air mata

    ReplyDelete
  3. Kalo misalnya putus cinta itu termasuk gejala stres juga bukan ya ? Hehe

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya. Semoga bisa memberi manfaat. Mohon untuk tidak meninggalkan Link Hidup, ya 😃 dan komentar Ayah Bunda bisa muncul setelah lewat persetujuan saya dan saya mohon maaaf sekali, jika ada komen tak sempat terbalas oleh saya karena keterbatasan saya. Maaf. Terima kasih 🙏