Website ini berisikan tentang ilmu parenting baik itu parenting anak umum, parenting anak berkebutuhan khusus dan keluarga

Mengapa Pentingnya Mempersiapkan Anak Untuk Menjadi Seorang Suami dan Istri yang Baik Dikemudian Hari Perlu Dikenalkan Sedini Mungkin?


Hari ini saya kembali tertegun dan menarik nafas panjang sekali. Rasanya saya lelah mendengarkan semua cerita-cerita yang membuat saya begitu miris belakangan ini. Tentang perselingkuhanlah, tentang poligami diam-diamlah, tentang suami yang melakukan KDRT lah, tentang perceraianlah. Hahhhh masih banyak cerita lain yang menyesakkan dada saya

      Dari sisi perempuan,  semua cerita itu menyadarkan saya bahwa betapa menjadi seorang perempuan itu harus kuat, harus tangguh. Nggak boleh lemah, nggak boleh cengeng. Karena hidup tak selalu seindah pelangi.

        Lalu mengapa semua cerita diatas bisa terjadi? Karena ternyata semua berawal dari pola asuh yang salah dan ada luka di masa lalu yang belum terselesaikan hingga terus terulang dalam setiap generasi. Jadilah itu seperti lingkaran setan yang tak pernah putus-putus.

        Banyak para suami yang tidak bertanggung jawab pada keluarganya karena ia kurang mendapatkan bentuk teladan dan tanggung jawab itu dari sosok ayahnya. Banyak para suami yang inginnya dilayani saja oleh istrinya tanpa mau terjun membantu pekerjaan rumah tangga, itu semua terbentuk dari dibesarkannya anak laki-laki dengan cara memanjakannya dan mendoktrinnya bahwa tugas laki-laki hanya sekedar mencari nafkah di luar. Maka terlahirlah laki2 dewasa yang segala ingin dilayani


        Banyak pula orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan kekerasan, baik itu kekerasan fisik maupun verbal. Itu semua terjadi dari terbentuknya orang tua dengan pola asuh yang keras dan luka batin karena kekerasan verbal atau fisik yang dilakukan orang tuanya padanya, sehingga ia tanpa sadar melakukan hal yang sama pada anaknya dan akan berlanjut begitu seterusnya dalam setiap keturunannya. Kecuali ada yang mau memutuskan lingkaran setan tersebut.

        Ada pula orang tua yang membesarkan anak dengan cara memanjakan anak-anaknya. Sehingga ketika menjadi seorang suami dan istri nantinya, ia begitu lemah, cengeng dan tidak tangguh dalam menjalankan perannya lalu terjadilah banyak perceraian dimana-mana.

        Banyak pula para perempuan yang begitu sibuk dengan kariernya di luar sana tetapi, melalaikan prioritas utamanya sebagai istri sekaligus ibu sebagai pendidik di rumah *maaf ini hanya untuk perempuan yang memprioritaskan kariernya dibandingkan keluarganya ya. Bukan menyamaratakan semua wanita karier begitu dan juga peran wanita sangat dibutuhkan di masyarakat

      Ada juga seorang suami yang suka melakukan kekerasan fisik pada istrinya. Itu semua karena bisa jadi ia dibesarkan dengan pukulan pula dan pelajaran pengendalian emosinya sewaktu kecil yang belum tuntas. Hingga, jadilah ia seorang suami yang suka main pukul dan berego tinggi.

        Bayak sekali sebenarnya kejadian-kejadian seperti itu di masyarakat kita yang semua itu bermula dari pola asuh yang salah. Menyadarkan saya bahwa PR kita sebagai orang tua dan bagian dari masyarakat itu begitu banyak.

        Mengapa itu semua bisa terjadi? Itu karena kebanyakan orang tua tidak pernah menyiapkan anak-anaknya untuk menjadi seorang suami dan istri yang baik dikemudian hari. Hingga terlahirlah generasi-generasi dari keluarga yang broken home, generasi ingin dilayani,  negeri tanpa ayah, para perempuan yang mengatas namakan emansipasi perempuan tetapi melupakan kodratnya sebagai pendidik anak-anaknya di rumah dll.

        Kita begitu sibuk mendidik anak-anak kita hanya untuk menjadi seorang yang pintar secara akademik saja tetapi lupa mencerdaskan emosinya. Kita membesarkan anak perempuan dan menyekolahkan anak dengan niat agar anak memiliki karier yang bagus saja nantinya, tetapi lupa mendidiknya bagaimana menjadi seorang istri sekaligus ibu yang baik untuk anak-anaknya di rumah. Kita begitu takut anak kita tidak diterima di universitas terkenal tetapi, tidak takut anak kita tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah sebagai seorang perempuan.


        Kita sekolah SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun dan kuliah 4 tahun. Jika ditotalkan, kita menempuh pendidikan selama 16 tahun. Selama itu, kita cenderung di didik secara akademik dan menjadi orang sukses dalam dunia kerja. Kita tak pernah mendapatkan pendidikan dan sekolah khusus bagaimana menjadi seorang suami dan ayah yang baik untuk keluarga kita, begitu pun sebaliknya. Lalu lihatlah banyak para suami dan para istri tak mampu menjalani peran mereka dengan sebaik-baiknya dan berdampak pada semua keturunanannya.

        Bukankah kecerdasan emosi dan peran kita sebagai seorang suami istri itu lebih penting dalam kita menjalani universitas kehidupan ini dibandingkan hanya sekedar angka-angka? Lalu mengapa kita masih lupa untuk menyiapkan anak-anak kita menjadi seorang suami dan istri yang baik untuk keluarganya kelak? Berapa generasi lagi kah harus kita korbankan dari pola asuh kita yang salah selama ini? Masih kah kita memandang bahwa pendidikan akademik itu segalanya, hingga kita lupa mencerdaskan pula emosinya dan membuat anak-anak kita gagal dalam menjalani perannya yang sesungguhnya nantinya?

Baca juga: Macam-Macam Pola Asuh

        Jangan, jangan diteruskan pola asuh yang salah itu. Ayo kita perbaiki dari sekarang, dimulai dari diri kita sendiri. Ayo kita belajar, ayo kita siapkan anak-anak kita dari sedini mungkin untuk peran besarnya nanti. Jika tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi! Jangan biarkan semakin banyak lagi terlahir para orang dewasa tetapi berjiwa kekanak-kanakkan dalam menjalani sebuah pernikahannya. Karena pernikahan itu bukan hanya tentang dua orang, saya dan kamu. Tetapi, tentang bagaimana membangun sebuah peradaban dari lahirnya generasi yang berkualitas
     

23 comments

  1. Kenyataannya orang tua sering lengah untuk mengajarkan skill sosial emosi, simpati dan empatinya ya bun..padahal waktu TK penilaian kan bukan cuma dari segi kognitif saja. Seiring berjalan waktu orang tua sering lengah dan mengutamakan kognitif saja sebagai bekal hidup. Sehingga lahir generasi yg sedemikian. Semoga kita dihindarkan dari pola asuh begitu ya bun..:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaminnn bunda. Padahal pendidikab utama itu tanggungjawabnya ada di orang tua

      Delete
  2. wah ada info menarik sekali untuk masa depan anak, makasih ya kak,..

    ReplyDelete
  3. waahh, thank infonya .. jujur saya belum terpikir akan hal itu. memang saat ini masih berharap sebatas anak-anak bisa berprestasi, cerdas secara intelektual, emosional dan spritual. masih sebatas nanti anak-anak harus tangguuh dan lainnya.. thank sharingnya jadi membuka cakrawala berpikir kembali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 bunda, karena memang disarankan juga oleh ahli parenting yaitu Ibu Elly Risman bahwa mempersiapkan anak dengan perannya menjadi suami dan istri yang baik dikemudian hari, harus masuk k salah satu visi dan misi orang tua. Semangat kita bunda 😃

      Delete
  4. Bagi saya yang belum menukah, mendengar hal2 begini jadi takut mba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak usah takut mba, minta saja yang terbaik padaNya.kalau nanti mba menemukan calon, coba lihat keluarganya juga. Krna pola asuh dari keluarga salah 1 yg membentuk karakter seseorang 😃

      Delete
  5. aaaah aku uda takut aja baca ini, anakku masih br setahun tp ngebayangin kl dia uda nikah aja berasa syedih hohoho... emak melow :( banyak PR nih dalam mengasuh anak brarti biar ga salah pola asuh...

    ReplyDelete
  6. Orangtua zaman dulu selalu beranggapan, anak yang sukses dan pintar dilihat dari angka-angka di sekolahnya. Padahal mendidik soft skll anak, enggak kalah pentingnya ya... mendidik moral anak harusnya lebih diperhatikan.

    ReplyDelete
  7. Terima kasih sudah diingatkan melalui ulasan ini, Mbak. Seringkali terlupa jika pendidikan karakter hendaknya ditanamkan sedini mungkin dan menjadi ilmu kehidupan yang wajib diberikan orang tua pada anak-anaknya. Semoga makin banyak orang tua yang ingat akan hal ini:)

    ReplyDelete
  8. Iih setuju banget mbak. Kecerdasan emosional itu memang lebih penting. Tidak perlu waktu lama untuk mengajarkan anak berhitung, berbeda dengan kejujuran, sportifitas, saling menghargai, dan semacamnya yang butuh pembiasaan dan waktu yg tidak sebentar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bun perlu dimulai dari anak usia dini ya. Kalau sudah besar sudah susah mendidiknya

      Delete
  9. Iya bun serem baca berita2 sekarang. Jadi mengambil kesimpulan, penting diberi afirmasi positif dari dini kayaknya Bun. Misalnya pas ayahnya/ibunya melakukan suatu hal positif sesuai peran, dijadikan contoh bagaimana seharusnya bila nanti ia menjadi ayah/ibu juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget bunda. Kita sebagai orang tua perlu memberi contoh pada anak kita, bagaimana memperlakukan pasangan dan keluarga kita.

      Delete
  10. wah dulu ak malah kebanyakan maen ketimbang dirumah ckckck :(

    ReplyDelete
  11. Seringkali yang dikejar hanya prestasi akademik dan angka-angka, namun gagap ketika dihadapkan dengan keimanan, adab dan akhlak. Hiks. #selfreminder.

    ReplyDelete
  12. Siiipp. Aku juga lg belajar ini bun, mendidik anak agar jd imam yg baik dibanding mengejar kekayaan. 🤔 sudah di buay drft nya tapi udh setahun blm kelar2 😂 gak dikelarin mungkin yeee 😂 Tks for sharing 😘 nambah lagi ilmu akunya

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya. Semoga bisa memberi manfaat. Mohon untuk tidak meninggalkan Link Hidup, ya 😃 dan komentar Ayah Bunda bisa muncul setelah lewat persetujuan saya dan saya mohon maaaf sekali, jika ada komen tak sempat terbalas oleh saya karena keterbatasan saya. Maaf. Terima kasih 🙏