Website ini berisikan tentang ilmu parenting baik itu parenting anak umum, parenting anak berkebutuhan khusus dan keluarga

Peduli dengan Sesama Ibu

Pixabay

Kasus ibu yang viral kemarin yang membunuh anaknya sendiri, semakin menyadarkan kita untuk lebih peduli pada sekitar kita. Untuk lebih berhati - hati dalam memberi komentar pada ibu yang lain dan juga tentang anaknya. Untuk tidak mudah dan terburu - buru menghakimi peran ibu yang lain. Untuk lebih mudah merangkul daripada menjudge ibu lain. Udah saatnya kita semakin peka dan berempati pada apa yang kita lihat dan kita dengar. 

Jika kita lihat tetangga kita suka marah - marah pada anaknya. Dahulukan empati kita. Oh kasian ibu dan anak itu mungkin ibu itu sedang kelelahan atau sedang lapar atau kurang perhatian dari suaminya. Walau bukan berarti membenarkan perilakunya ya. Klo kita ada rezeki lebih jangan ragu kirimi ia makanan. Berikan ia kebahagian dengan apa yang bisa kita beri agar ia bisa berhenti sejenak dari rasa lelahnya sendiri dan sedikit menghapus rasa sedihnya. 

Karena jika kita ingin menyelamatkan anaknya dari kemarahan ibunya. Yang pertama kita tenangkan dan berikan kebahagiaan adalah ibunya. Yahhh siapa tahu dia tidak mendapatkan cukup perhatian dari pasangannya atau ada masalah perekonomian atau kecapean smua dikerjakan sndiri dll. Kita nggak tahu kan hal pilu apa yang ia simpan sendirian 


Baca juga: Tentang Rasa Lelahnya Ibu

Baca juga: Solusi untuk Kewarasan Ibu di Rumah


Jadi nggak ada salahnya kitalah yang memberikan perhatian sebisa kita sebagai tetangga atau orang terdekatnya. Jika kita bisa saling peduli saling memeluk mungkin ibu seperti ibu Kanti itu tidak akan ada lagi. 

Tulisan ini bukan berarti membenarkan perilaku ibu yang suka bentak - bentak anak ya. Cuma belajar melihat apa yang terjadi di balik mengapa seorang ibu kebanyakan bisa begitu dan apa yang bisa kita bantu 😊. 

Seperti hari ini aku punya tetangga dan rasanya aku kasian melihatnya yang kerepotan ngurus anak - anak yang masih kecil belum lagi kerjaan rumah. Semua dikerjakan sendirian. Hahhhh pasti lelah menjalani itu semua juga ditambah sekarang perekonomian sedang tidak mudah sejak pandemi melanda. 


Baca juga: Tampak Receh tapi Sebenarnya Merusak Bahagia Orang lain


Lalu, aku memiliki sedikit makanan. Aku bagikan pada ibu itu dan betapa senangnya anaknya menerima. Ya Allah aku tak banyak berharap. Hanya ingin ibu itu sedikit terobati rasa lelahnya dengan sedikit makanan yang aku bagikan. Memberikan sedikit bahagia untuk ibu yang sedang kelelahan itu dan malamnya kurang tidur karena anaknya yang suka rewel bergantian. 

Ya Allah betapa tidak mudah mengerjakan semuanya sendirian. Aku jika lelah dan uring - uringan ngurus suami dan anak - anak, ada ayahnya anak - anak yang menghiburku membelikanku makanan kesukaanku. Tetapi banyak ibu di luar sana.

Sekalipun sudah lelah tetap tak bisa menghibur diri jajan makanan kesukaannya. Karena buat makan sehari - hari aja masih susah. Di tambah punya suami yang tidak perhatian. Ya Allah betapa berlipat - lipat bukan rasa sakitnya. 

Wahai teruntuk banyak ibu di luar sana. Bertahanlah demi bahagiamu dan anak - anakmu. Bertahanlah 😘

Kenapa? Karena perjalanan menjadi seorang ibu itu salah satu perjalanan terberat seorang perempuan. Nggak mudah untuk dilalui jadi butuh saling merangkul dan saling menguatkan. Bukannya saling menyerang, menjatuhkan, menghakimi dan saling merasa lebih baik dari yang lain. Emang kita itu mau cari apa sih? Karena hidup itu bukanlah perlombaan. Jika semua diberisikkin dan berisi kompetisi, bukannya itu hanya membuat kita lelah? 

Sudahlah. Kita juga punya tanggung jawab juga dengan peran kita untuk keluarga kita dan peran di masyarakat juga


1 comment

  1. Itu penting nya melihat segala macam masalah dari berbagai point of view. Ga cuma dari sisi 1 nya. Padahal belum tentu yg kita liat itu adalah benar.

    Dan lagi, aku takut mba kalo sampe terlalu menjudge orang lain. Takut kalo Tuhan nanti malah menjadikan kita di posisi orang itu. Krn sejujurnya aku pernah menjudge seseorang dulu, berkaitan Ama rumah tangganya. Akibatnya, aku ngerasain hal yg sama setahun kemudian dari pernikahan yg pertama. Sejak itu, ga mau lagi utk terlalu menjudge orang lain. Kita ga tahu penderitaan yg dia alami. Kalo memang posisi saat itu bisa membantu, bantu lah, drpd hanya sekedar nyinyir :(.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya. Semoga bisa memberi manfaat. Mohon untuk tidak meninggalkan Link Hidup, ya 😃 dan komentar Ayah Bunda bisa muncul setelah lewat persetujuan saya dan saya mohon maaaf sekali, jika ada komen tak sempat terbalas oleh saya karena keterbatasan saya. Maaf. Terima kasih 🙏