Website ini berisikan tentang ilmu parenting baik itu parenting anak umum, parenting anak berkebutuhan khusus dan keluarga

Balada Awal Menjadi Ibu Rumah Tangga dan Proses Penerimaan di Dalamnya

balada awal menjadi ibu rumah tangga
Pixabay

Catatan: Dilarang baper baca tulisan ini, ya. Karena setiap orang memiliki sikon, prinsip, dan prioritas yang berbeda-beda. Jadi tak bisa kita banding-bandingkan. Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan 🙏


Balada Awal Menjadi Ibu Rumah Tangga 


Bagiku yang memutuskan sebagai ibu rumah tangga, ketika ku relakan karierku, ku relakan untuk menanggalkan sementara mimpi-mimpi hebatku, ku relakan meninggalkan duniaku dan pertemananku untuk memilih berada dibalik layar, sungguh itu bukan sesuatu yang mudah bagiku.

Entah berapa kali pula ku tahan hasratku untuk mengejar mimpi-mimpiku. Kenapa? Karena aku perempuan yang punya mimpi. Entah berapa kali ku kendalikan kebaperanku ketika melihat orang lain telah sukses dengan passion mereka, karier mereka.

Entah berapa kali pula ku tahan keinginanku ketika melihat perempuan lain dengan bebasnya ke sana kemari. Sedangkan aku apa? Aku hanya terkukung di balik tembok tanpa ada seorang pun lagi di luar sana mengakui kehebatanku dulu kecuali hanya satu orang yaitu suamiku. Aku kehilangan panggungku dan duniaku dengan sekaligus

Terkadang, tak bisa ku tampikkan diriku ketika ku merasa lelah dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak tiada hentinya bagaikan seorang babu atau seorang upik abu yang tak berarti apa-apa. Serasa pujian untukku yang dulu dan kehebatanku dulu hilang sirna begitu saja ketika ku memilih peran ini

Tak jarang ku lihat diriku di kaca dan melihat diri ini tak lagi secantik dulu. Tak sempat lagi mengurus diri dan merasa diri ini begitu buruuuuk sekali.


cara adaptasi menjadi ibu rumah tangga


Walau begitu, tetap ku syukuri laki-laki yang dulu baru ku kenali ini, tak pernah sekalipun menuntutku harus cantik dengan standar orang kebanyakan. Walau begitu, aku tetap membutuhkan rasa cantik untuk diriku sendiri, untuk rasa percaya diriku. Bahwa aku juga harusnya cantik layaknya perempuan di luar sana.

Dan ku pun tak bisa bohong. Semua rasa lelah, kehilangan rasa percaya diri dan merasa diri ini tak lagi berarti membuatku menangis dalam hatiku. Tapi aku lupa bahwa

"sesungguhnya cantik itu tidak dimulai dari sesuatu yang datangnya dari luar tapi ia sesuatu yang datangnya dari dalam"

Jika di dalamnya kita sudah merasa cantik, kita tidak perlu lagi sibuk merasa diri kita nggak cantik atau berharap-harap orang lain memuji kita cantik dan ketika dari dalamnya kita sudah merasa cantik pula, itu akan membuat kita nyaman dengan diri kita sendiri dan mencintainya apa adanya

Ada salah satu momen yang tak terlupakan dalam prosesku berdamai dengan diriku sendiri adalah ketika hari itu aku pulang pengajian. Teman-teman ngajiku ada yang berprofesi seorang dosen dan seorang dokter.  Waw benar-benar profesi yang hebat dimataku. Lalu, ku buka medsosku dan ku lihat postingan salah seorang temanku dulu bahwa ia kini telah menjadi seorang dosen. Profesi yang aku impi-impikan dari dulu selain menjadi guru.

Mereka orang-orang hebat dan sukses di mataku. Sedangkan aku apa? cuma ibu rumah tangga yang nggak ada karyanya dan nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka. Tiba-tiba aku merasa kecil, tak berguna dan merasa terintimidasi oleh diriku sendiri. Oleh apa yang ku lihat dan oleh apa yang ku rasakan.

Semua emosi negatif itu semakin menekan diriku dan berkali-kali pula aku gagal menguatkan diriku sendiri. Hingga hari itu sambil menyuapkan Erysha yang masih bayi, aku berkata pada suami

"Ayah, temen Bunda hebat udah sukses, udah jadi dosen. Bunda mah cuma gini-gini aja" kataku dengan suara yang bergetar

Saat itu suami sedang menyuci baju kami. Ia pun bertanya "Terus Bunda mau apa?" Itu katanya

"Bunda cuma sedih ngerasa ga berguna"

Ia pun kembali bertanya dengan perasaan sedih namun ada ketegasan di dalam tanyanya "Apa lagi yang ingin Bunda cari di luar sana?"

Pertanyaannya langsung membuatku terbangun dan bertanya pada diri

"Iya ya, apa yang mau aku cari di luar sana? Aku udah pernah ngajar 8 tahun, udah lulus kuliah juga, punya suami dan perekonomian yang cukup. Lalu, mau apa lagi yang aku cari di sana? Adakah alasan penting yang membuatku harus bekerja di luar sedangkan anakku lebih membutuhkan ibunya untuk ada di sisinya saat ini ?



ibu rumah tangga


Lalu, itu semua menyadarkanku bahwa setiap orang memiliki sikon yang berbeda dan prioritas yang berbeda pula dan saat ini anakku Erysha lebih membutuhkanku, ibunya. Jika aku bekerja dia sama siapa? (Baca juga: 5 Alasan Penting Mengapa Memilih Menjadi Ibu Rumah Tangga?)

Terkadang lucu juga, walau aku yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga agar lebih fokus ke anak. Tapi aku pula yang banyak galaunya. Karena serius menjadi ibu rumah tangga itu ternyata bukan sesuatu yang mudah bagiku.

Baca juga: BEKERJA DI RUMAH TANPA ART. YES OR NO?

Lama-lama, akhirnya ku temukan aktualisasi diri dari rumah yaitu ngeblog yang mengantarku sampai saat ini dan membuatku pelan-pelan berdamai dengan diriku sendiri (Baca juga: 1 Tahun Ngeblog Hal Tak Terduga ini Saya Capai)


ibu rumah tangga dan blog
Pixabay

Ku sadari pula, salah satu yang membuatku dulu minder dan tak berarti apa-apa ketika memilih peran ini adalah konsep diriku yang rapuh. Menganggap menjadi ibu rumah tangga itu suatu peran dan pekerjaan yang tak penting. Tapi sebenarnya pekerjaan rumah tangga itu sekalipun tampak tak penting tapi semua anggota keluarga berpusat padanya. Terlihat kan itu saking pentingnya

Lalu, bagaimana dengan mimpiku? Tenang saja. Aku tidak menguburnya dalam-dalam selamanya kok. Hanya sekedar menundanya untuk sementara waktu dan aku ingin berkata ini


Teruntukmu para ibu rumah tangga yang sedang galau dengan peranmu.


"Tetap teruslah bermimpi
Saat ini mungkin engkau bagaikan ulat yang lambatttttt sekali untuk mengejar mimpi atau mungkin diam di tempat. Tapi, tidak apa-apa karena suatu hari nanti, ulat yang lambat ini akan berubah menjadi kupu-kupu, mengembangkan sayap dengan selebar-lebarnya lalu terbang begitu tinggi untuk mengejar ketertinggalan dan meraih mimpi.

Kini bersabarlah dulu, diam di tempat dan melihat kupu-kupu lain terbang. Karena suatu hari nanti akan tiba giliranmu. Tak usah terburu-buru. Nikmatilah peranmu saat ini. Karena semuanya akan ada masanya. Bahkan ketika engkau tak ingin untuk terbang jauh keluar, engkau akan tetap cantik dengan warnamu. Percayalah 😘"

Yup, itulah balada awal aku memutuskan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Penuh drama dan penguatan diri. Tapi seorang ibu harus berusaha temukan apa yang membuatnya bahagia untuk membesarkan anak yang bahagia pula. Ibu yang rapuh akan membuat anak besar dengan cara yang tak tangguh juga. Jadi bagaimana bisa mendidik perabadan generasi selanjutnya jika kita ibunya memiliki konsep diri yang tak kuat?

Untuk itu, kita harus turunkan standar kita agar kita bisa bahagia, berhenti sejenak, dan cintailah diri sendiri. Ketika kita mencintai diri sendiri, ketika itu pula kita akan melihat apa saja yang kita punya dan ketika itu juga akan hadir rasa syukur perlahan di hati. Percayalah 😘.

Semangatttttt. Oh ya bisa baca juga tulisan blogger profesional yaitu Mba Ella ya di sini "Menjadi Ibu Rumah Tangga". Aku salut ama beliau karena menurutku beliau ini sosok yang cerdas. Beliau seorang PNS yang sedang cuti di luar tanggungan negara. Langsung cuss yuk ke tulisannya 😍. Nah, itu teman-teman drama waktu awal aku menjadi ibu rumah tangga. Kalau kamu punya drama apa ?




27 comments

  1. Mbak yeeeeeennnn.... Baca tulisanmu aku jadi haruuuuuu.... Makasi uda ngingetin buat bersyukur selalu ya Mbaaaa! Semangaaaaattt!!!!

    ReplyDelete
  2. Saya baca ini seolah membayangkan istri yang memilih jadi irt saja ut mengurus anak dan rumah. Untungnya sekarang istri ikut2 kelas fotografi online, jadi pny kesibukan yang bisa mengatasi kebosanannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Allhamdulillah ya Pak, istrinya punya hobi tersendiri biar ga bosen di rumah terus. Semoga pernikahannya langgeng smpe ke syurgaNya ya 😊

      Delete
  3. Kayaknya setiap orang punya insecurenya masing-masing ya bun. Saya yang kerja aja kadang tetap ngerasa kecil dengan ibu-ibu yang bisa selalu sama anaknya. Tapi yah disyukuri aja hidup, pasti ada kelebihan dan kekurangan. Tinggal bagaimana kita memaksimalkan kelebihan dan menerima kekurangan 🥰.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahhhh bener Bun. Kita slalu melihat orang lain dan iri dengan kehidupan orang lain. Padahal mah ya setiap orang punya tantangannya masing2 ya. Ayo kita saling berpelukan 😘

      Delete
  4. Bundaaaaaaaaaaaaaaaaaa terimakasih untuk selalu menguatkan aku, membaca postingan Bunda Yeni ada rasa syukur yang harus ditambah lagi😭

    ReplyDelete
  5. Bagus tulisannya, menginspirasi dan memotivasi perempuan untuk tidak takut dan risau dengan profesi mulia sebagai ibu rumah tangga.

    Tapi maaf, tulisannya mohon sedikit dirapikan. Karena ada paragraf yang maju kalimatnya, ada juga yang lurus atau sejajar dengan kalimat lain. Lebih bagus yang sejajar saja.

    Oke, tetap semangat menulis Bu! Semoga makin menginspirasi.

    ReplyDelete
  6. Saya juga ingin di rumah saja. Saat ini PNS.
    Btw, terimakasih artikelnya.Langsung meluncur ke blog mb Ella, he.

    ReplyDelete
  7. Aku lg kangen momen2 jd ibu rumah tangga nih mbk. Kgn momen dimana cuma fokus sm anak dan disambi ngurus rumah. Skrg, lg jd pejuang receh demi bantu suami mempersiapkan masa depan bocil2. Biar ndak kayak emak bpknya, yg ngempet cita-cita karena terhambat biaya. Makasih sharingnya ya bunda erysha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah semoga engkau dikuatkan dan dimudahkan ya Bun 😘

      Delete
  8. Sejak awal jadi IRT, saya rasanya belum pernah bisa menikmati peran ini, huhuhu.

    Bukan karena bosan sih, saya malah ingin melakukan rutinitas harian ala ibu rumah tangga tulen.

    Mengerjakan semua pekerjaan rumah, beberes rumah, menyusun menu makanan, mengatur keuangan.
    Menyusun jadwal main sama anak.

    Masha Allah, sejak jadi ibu, itu udah jadi impian saya, melupakan impian jadi wanita sukses di luar sana.

    Sayangnya, perekonomian seakan memaksa saya untuk tidak sekadar jadi IRT tulen.
    Namun saya masih harus menambah job saya dengan cari duit, tapi nggak boleh mengabaikan anak dan rumah.

    Itu yang bikin saya tertekan, depresi, dan sering berpikir untuk balik bekerja.

    Nasib wanita yang menikah hanya percaya cinta ya gini.
    Ternyata, memilih pasangan yang punya pandangan akan masa depan itu penting, agar kita bisa menikmati takdir sebagai ibu

    *curcoolll

    ReplyDelete
  9. Hm .... Duh, baca ini serasa berkaca ke diri sendiri. Kadang pengen juga kerja tapi inget anak nanti sama siapa, ibuku kerja mau nitip mertua rasanya enggak enak.

    Kadang ada yang bilang kerja aja sayang sama ijazah, terus aku lihat anakku. Kutanya boleh kerja di luar, nanti sama kakek or nenek. Dia langsung peluk aku terus bilang. "Mama sama Dzaky aja, temenin Dzaky." gitu kata anakku.

    Nah,jadi aja saya lupain sejenak mimpi di luar sana sebagai wanita karier yang enggak kekurangan materi dan malah lebih bebas ke mana aja dibandingkan di full time di rumah. Berkutat sama cucian piring, baju, setrikaan, ngepel. Hm ... rasanya kalau kerja diuar ada diemnya tapi kalau di rumah Ada aja yang kudu dikerjain coz g punya asisten.

    Duh, saya jadi curhat setelah baca tulisannya Mbak Yeni. Hehe ...

    ReplyDelete
  10. Saya jadi ikut baper.
    Ya seperti itulah, seni dalam berumah tangga
    Yang penting bisa menikmati peran, pastinya akan tampak ejoy aja.
    Kan hidup ini saling sawang-sinawang.
    Segede apa pun jabatannya, tetap saja jika dirumah menjadi IRT juga gelarnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener mas. Harus tetap semangat dan nikmati apapun peran kita. Karena hati yang ikhlas membawakan keberkahan ya

      Delete
  11. ya awal banget gak bisa masak, wah gagal semua, jadi bahan candaan

    ReplyDelete
  12. Jadi IRT itu pekerjaan yg mulia dan tantangannya jauh lebih berat dari kerja kantoran ya mba?

    Aku yg kerja malah kadang suka iri sama ibu2 yg bisa 24 jam penuh bareng2 sama anak nya. sempet terbesit mau resign aja dan jd fulltime mom, tapi untuk sementara waktu ini blm bisa, krn masih harus bantu perekonomian keluarga.

    jadi, skrg aku memilih utk bersyukur aja sama apa yang aku jalani, biar happy. hehe..

    semangat mba yeni..

    ReplyDelete
  13. Awal-awal aku jadi ibu rumah tangga, aku juga sempat baper berat karena waktu itu aku merasa hanya jadi pengangguran. Waktu itu, aku belum hamil.

    Aku sampai tekun mencari kursus apa saja untuk sekedar mengisi waktu luang. Aku ambil kursus kepribadian, kursus marketing, kursus pertolongan bencana, berharap dari kursus itu terbuka jalan sedikiiiit saja untuk jadi wiraswasta. Karena hanya dengan menjadi wiraswasta itu, aku tetap bisa mendatangkan penghasilan meskipun "hanya" menjadi ibu rumah tangga.

    Seiring dengan berjalannya waktu, aku menyadari bahwa kesalahanku bukanlah menjadi ibu rumah tangga, tetapi karena aku telah mengucapkan kata "hanya menjadi ibu rumah tangga". Aku tidak melihat bahwa dengan menjadi ibu rumah tangga, aku telah memiliki waktu yang sangat super fleksibel. Waktu yang fleksibel itu justru kemewahan yang tidak dimiliki ibu-ibu yang bekerja kantoran..

    Kini dengan menjadi ibu rumah tangga, aku punya banyak waktu untuk mengerjakan banyak sekali hal: mengurus anak, mengurus suami, mengurus diriku sendiri.. Aku bahkan bisa sering-sering bepergian, bergaul dengan aneka macam profesi, belajar banyak hal baru. Yang mana jelas tidak akan bisa terjadi apabila aku tetap bekerja di kantor.

    Ini hanya masalah cara pandang kita memandang sesuatu. Termasuk cara pandang kita memandang kehidupan ibu rumah tangga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener bangetttt teteh. Kita sendirilah meremehkan peran kita sebagai ibu rumah tangga. Padahal ibu rumah tangga ada keistimewannya 😍

      Delete
  14. Aku juga ngalamin proses ini mba, proses transisi dari pekerja ke ibu rumah tangga ,dan gak mudah. Banyak yang gak support juga termasuk keluarga inti

    Tapi aku cuma mengikuti perintah suami, Alhamdulillah rezeki sih memang Allah sudah atur dengan baik untuk keluarga kita. Tapi kadang akunya yang kurang bersyukur aja.

    Kalau aku kerja pasti pontang panting ngurus anak, suami dan rumah. Capek tapi rezeki kita sudah ditetapkan sama Allah segitu tapi tetap capek dan membantah perintah suami.

    Dan gak ada jaminan juga saya bisa lebih berhasil dari karir saya dulu, bisa aja karena konsentrasi yg terbagi antara rumah dan pekerjaan kerja juga malah gak beres, inget anak terus dirumah. Banyak hal yg terlewatkan. Makanya masa transisi saya cukup cepat karena saya yakin keputusan saya yg terbaik.

    Yang sulit adalah menanggung kejenuhan dan rutinitas yang sama selama bertahun-tahun dan mungkin sampai puluhan tahun kedepan.

    Itulah kenapa mungkin banyak ibu rumah tangga jadi lebih senang bergosip dan berfikiran pendek. Karena dia lebih sedikit input informasi dari luar, dan hanya fokus masalah masalah kecil disekelilingnya.

    Yang harus dibina dari para ibu rumah tangga kaya kita adalah waktu luangnya, supaya tetap bisa berkomunikasi dengan dunia luar tanpa meninggalkan keluarga. Supaya bisa tetap belajar dan mengupgrade diri. Jadi gak ada jaman tuh ibu rumah tangga trus gak tau apa-apa. Dan saya bersyukur jadi Blogger.

    Banyak sekali input positif dari luar sana, percakapan gak selalu Melulu soal orang orang yang kita kenal.

    Semangat buat kita mba, semoga Allah selalu mencurahkan pahala kepada para istri 2 diluar sana. Aamiin

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya. Semoga bisa memberi manfaat. Mohon untuk tidak meninggalkan Link Hidup, ya 😃 dan komentar Ayah Bunda bisa muncul setelah lewat persetujuan saya dan saya mohon maaaf sekali, jika ada komen tak sempat terbalas oleh saya karena keterbatasan saya. Maaf. Terima kasih 🙏