Website ini berisikan tentang ilmu parenting baik itu parenting anak umum, parenting anak berkebutuhan khusus dan keluarga

Mereka yang Pamer atau Kamu yang Hasad?

Mereka yang Pamer atau Kamu yang Hasad?
Pixabay

Aku tu ya kadang bingung atau gemes sendiri kalau baca status atau komentar orang lain yang menurut aku itu "Kok bisa ya orang itu mikirnya begitu? Kok bisa mereka beranggapan kalau orang lain itu pamer? Kok bisa mereka beranggapan kalau orang lain itu gak berempati?" Misalnya kayak ada orang menggunggah makanan, dianggapnya ga berempatilah dengan kondisi saat ini. Padahal kan ya bisa jadi orang mengunggah makanan itu niatnya sebagai self healing - nya dari kondisi berat saat ini atau berbagi ide masakan pada orang lain.

Terus ngeliat status orang yang statusnya ngajak bersyukur eh ada aja komentar yang bilang pamerlah atau jangan post ini itulah, dan tadi pagi dong aku nemu status orang yang beranggapan orang-orang yang suka bikin kopi dalgona yang viral itu adalah orang-orang yang labil, yang gampang terombang ambing, dan suka ikut-ikutan orang lain.


pamer
pixabay


Padahal mah ya, bisa jadi orang yang bikin dalgona kopi itu bukan karena mereka labil tapi emang orangnya aja yang kreatif, seneng bikin ini itu, seneng nyoba ini itu, seneng bkin minuman pakai cinta untuk dirinya sendiri atau bikin buat orang terkasih mereka. Terus salah mereka dimana? Terus kenapa kamu yang sewot? Kan aku jadi bingung jadinya

Serius aku mu nanya. Apa sih haknya kamu menghakimi dan sok tahu ama niat orang lain. Jangan-jangan bukan mereka yang pamer atau labil. Tapi kamunya aja yang hasad, suka berburuk sangka pada orang lain, dan labil yang suka baper ama postingan-postingan orang. Orang-orang kayak kamu ini nih, yang suka merusak kebahagiaan orang dan ngerasa lebih baik dari orang lain. Apa susahnya sih mendahulukan positif ama orang daripada negatifnya 😔. Katanya karena sedang masa sulit karena pandemi virus corona jadi orang-orang lagi pada sensitif. Tapi kan seharusnya masa sulit juga tidak bisa dijadikan pembenaran dong.


Baca juga: 6 Kebaikan yang Bisa Kita Lakukan di Tengah Mewabahnya Virus Corona

Baca juga: Teruntukmu yang Bandel di Tengah Mewabahnya Virus Corona

Dan sayangnya itu yang bikin status dan komen begitu di status orang lain itu ya ibu-ibu lagi. Kebayang nggak kalau kita begitu? Mau hal apa sih yang akan kita ajarkan pada anak kita tentang hidup ini,  jika tanpa kita sadari, kita suka melihat segala sesuatunya dari hal negatifnya daripada positifnya. Apakah kita akan mengajarkan anak kita menghakimi orang lain, nyinyirin orang, sok tahu ama hidup orang dan bahkan sok tahu ama hidup kita sendiri


Baca juga: Yakin Nggak Nyinyir? Yuk, Kita Cek Diri Kita

Baca juga: Stop Nyinyir pada Ibu Bekerja


"De...De coba lihat, kamu harus rajin belajar ya. Jangan kayak Bapak pengemis itu"

Padahal bisa jadi bapak itu bukan pengemis tapi dia pemilik perusahan terkenal. Kayak cerita hidupnya Pak Bob Sadino yang disangka orang susah, padahal dia orang kaya yang ingin hidup sederhana dan bersahaja 😂.

Atau

"De..de kamu harus berbagi ama pengemis itu ya. Jangan kayak orang itu. Ga baik, soalnya dia ga mau ngasih sama pengemis tadi"

Padahal bisa jadi orang itu memang  nggak mau berbagi ke pengemis tapi dia berbaginya ke anak yatim, ke bencana alam, membeli ke pedagang kecil. Bisa jadi dia nggak mau berbagi ke pengemis karena dia nggak percaya aja ke pengemis. Kayak aku. Kan banyak itu pengemis-pengemis tapi uangnya banyak. Kayak di berita-berita gitu. Jadi mendingan kita berbaginya ke yang terpecaya aja kan.

Kalau mau berbagi ke pengemis sih nggak apa-apa. Tapi bukan berarti kita boleh menghakimi orang yang nggak mau berbagi ke pengemis itu adalah orang yang pelit. Bisa jadi dia punya tempah lain buat ngasih.

Nah, dari contoh cerita di atas. Yuk ah, kita belajar memandang segala sesuatunya dengan kaca mata positif tapi tanpa mengabaikan informasi negatif atau faktanya. Jadi, kalau kita lihat postingan-postingan orang di media sosial. Terus kitanya baper dan sebelum mengomentari orang lain mending langsung tanya ke diri kitanya mereka yang memang pamer atau kitanya aja yang hasad?


16 comments

  1. Hehe iya tuh. Saya juga pernah pasang postingan makanan dibilang pamer, padahal pajang itu di feed buat agency liat memang niche kita ttg food/kuliner. Nyinyir banget yah haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha aku juga pernah. Makanya aku bkin tulisan gini. Kesel soalnya

      Delete
  2. Aduh. Aku terkadang masih suka tuh "memberikan contoh nyata" ke anak, padahal harusnya enggak ya. Astagfirullah..
    Cuman niatnya sama sekali enggak nyinyir sih.
    Tapi jadinya ada terbersit rasa "lebih baik" dari orang lain.
    Astagfirullah..
    Terimakasih remindernya, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh kok bun kasih contoh nyata. Malah bagud karena anak jadi lebih cepet nangkepnya kalo kasih cont9h yang rilnya. Asalnya konteksnya aja jngan ngajarin anak berprasangka buruk k orang lain. Caro konteks lain

      Delete
  3. Mungkin mereka hanya melakukan keahlian terbaik mereka, memberi komentar negatif. Mereka nggak sadar kalau komentar mereka sebenarnya berbicara lebih banyak tentang mereka dari pada orang yang mereka komentarin.

    Seperti pepatah lama pernah bilang, saat kamu menunjuk, 4 jarimu menunjuk ke dirimu sendiri.

    Tingkah kita menunjukkan kualitas kita. As simple as that. Yang kek gini ini yang sering terlupakan saat terbersit hasrat nyinyir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Pak. MasyAllah bagus banget rangkaian katanya ikh 👌

      Delete
  4. Mbak, bahasamu dari awal sampai akhir mengalir, dan apa yang disampaikan mewakili saya. Memang, kita harus lebih banyak mawas diri ya :)

    ReplyDelete
  5. wah super sekali Mom
    memang ribet ya hidup zaman now yang banyak orang punya pikiran negatif
    kalau saya prinsipnya kalau posting ya itu karena suka suka saya
    selama tidak melanggar UU ITE sah sah saja
    setelah posting ya saya tinggal, kalau ada komentar baru saya balas kalau mau posting lagi

    enggak begitu dipikirin juga hehe

    tapi emang dalgona lagi happening banget ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya pak lagi terkenal ya. Sayangnya saya tipe yang ga jago bikin begitu hahaha. Padahal pengen juga bkin itu buat suami soalnya dia suka kopi. Tpi akunya yg ga jgo hahaha

      Delete
  6. Kalau saya sendiri mikirnya sih karena mungkin memang orang orang itu punya concernnya sendiri, entah di bidang makanan, kuliner, traveling atau yg lainnya.

    Gak ada yg tau juga niat seseorang itu apa dan maksud tujuan mereka posting sesuatu. Hehehe. Saya sendiri juga pernah tuh ngerasain kayak yg mba rasain :'>

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mba. Bisa jadi kan orang yang suka unggah foto makanan seorang food blogger yang emang udah kerjaan dia ya. Bukannya mu pamer hahaha 😂

      Delete
  7. apa sih di jaman kini yang gak dinyinyirin ya, suak sebel tapi gimana lagi, padahal akalu kita lihat sisi positifnya sih bagus. lihat banyak teman posting masakan enak, aku malah ajdi bersemangat ikut amsak dan posting, jadi deh dipuji suami karena jadi rajin masak. tuh kan, kalau kita ambil sisi positifnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bun. Jadi gemes sendiri kan jadinya kalo dikit-dikit lihat sisi negatifnya

      Delete
  8. Sudah sifat dasar manusia menilai sesuatu dari sudut pandangnya. Maka berlaku kalimat maha benar netijen dengan segala komennya :D

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya. Semoga bisa memberi manfaat. Mohon untuk tidak meninggalkan Link Hidup, ya 😃 dan komentar Ayah Bunda bisa muncul setelah lewat persetujuan saya dan saya mohon maaaf sekali, jika ada komen tak sempat terbalas oleh saya karena keterbatasan saya. Maaf. Terima kasih 🙏